Cinta kepada Allah merupakan
konsekuensi keimanan. Tidak akan sempurna tauhid (peng-Esaan) kepada
Allah hingga seorang hamba mencintai Tuhannya secara sempurna. Kecintaa
tidak bisa didefinisikan dengan lebih jelas keculai dengan kata
"kecintaan" itu sendiri. Dan tidak bisa disifatkan dengan yang lebih
jelas seperti kata "kecintaan " itu sendiri. Tidak ada sesuatu yang
esensinya patut dicintai dari segala sisi selain Allah, yang memang
tidak boleh ada penyembahan, peribadatan, ketundukan dan kepatuhan serta
kecintaan yang sempurna kecuali hanya kepada Nya –subhanahu wa ta’ala-.
Suatu kecintaan yang apabila telah melekat di hati seseorang dan memuncak, akan menjadi al-Walah (ketundukan/peribadatan), dan al-Walah adalah kecintaan yang sangat dalam. Karenanya at-taalluh (ketundukan dan peribadatan) kepada Allah adalah bentuk kecintaan yang dalam kepada Allah dan kecintaan terhadap perkara yang datang dari sisi Allah.
Cinta kepada Allah, bukanlah
sembarang cinta; tidak ada suatu apapun yang lebih dicintai dalam hati
seseorang selain Sang Penciptanya, Kreatornya. Dialah Tuhannya,
Sesembahannya, Pelindungnya, Pengayomnya, Pengaturnya, Pemberi
rezekinya, dan Pemberi hidup dan matinya. Maka mencintai Allah
–subhanahu wa ta’ala- merupakan kesejukan hati, kehidupan jiwa,
kebahagiaan sukma, hidangan batin, cahaya akal budi, penyejuk pandangan
dan pelipur perasaan.
Tiada suatu apapun menurut hati yang bersih, sukma yang suci, pikiran yang jernih lebih indah, lebih nyaman, lebih lezat, lebih menyenangkan dan lebih nikmat dari pada kecintaan kepada Allah, perasaan tenteram damai di sisi-Nya dan kerinduan akan perjumpaan dengan-Nya.
Esensi (hakikat) cinta adalah
bilamana Anda merelakan segala yang Anda miliki untuk seseorang yang
Anda cintai sehingga tidak menyisakan sedikitpun apa yang ada pada diri
Anda. Di sinilah, maka kecintaan seseorang kepada Allah hendaklah
mengalahkan mendominasi segala perkara yang dicintai, sehingga apapun
yang dicintai oleh seseorang tunduk kepada cinta yang satu ini yang
menjadi penyebab kebahagiaan dan kesuksesan bagi dirinya.Tiada suatu apapun menurut hati yang bersih, sukma yang suci, pikiran yang jernih lebih indah, lebih nyaman, lebih lezat, lebih menyenangkan dan lebih nikmat dari pada kecintaan kepada Allah, perasaan tenteram damai di sisi-Nya dan kerinduan akan perjumpaan dengan-Nya.
Suatu kecintaan yang apabila telah melekat di hati seseorang dan memuncak, akan menjadi al-Walah (ketundukan/peribadatan), dan al-Walah adalah kecintaan yang sangat dalam. Karenanya at-taalluh (ketundukan dan peribadatan) kepada Allah adalah bentuk kecintaan yang dalam kepada Allah dan kecintaan terhadap perkara yang datang dari sisi Allah.
Komentar
Posting Komentar